KIM Award 2019, antara prestis sang juara dan pemerataan kualitas peserta

Mukhlis D. (KIM Jambangan Hijau) dua dari kiri.
Karajuku - KIM Award 2019 Surabaya, nominasinya adalah KIM Jambangan Hijau! Dan pemenangnya adalah.....  Saat nama ketiga KIM juara disebutkan satu persatu oleh pembaca nominasi, Cak Sandi dan Ning Nunuk. Tampak dua pemandangan kontras.

Dua wajah beda tampak dari nominator yang menjadi pemenang dengan yang kalah.  Wajah sang juara terlihat sumringah, berbinar dan ceria. Sebaliknya wajah manyun dan kecut ditunjukkan oleh nominator yang kalah bersaing. Bagi perhelatan yang dipersembahkan khusus untuk para pegiat KIM di Republik Indonesia. Sejauh ini bisa kami pastikan, acara milik Diskominfo Kota Surabaya kemarin adalah salah satu yang terbaik. Meskipun hanya ajang kompetisi "tarkam" antar kampung (di Surabaya adanya kelurahan bukan desa, kampung sendiri adalah istilah khas Surabaya untuk menyebut wilayah desa). Namun tampilan LED videotron  2 x 6 meter persegi ditengah panggung permanen setinggi 80 cm, memberikan kesan sajian acara yang berkelas. Hasil browsing kami untuk tipe LED videotron macam itu, harga sewanya berkisar antara 800 ribu sampai sejuta per meter perseginya. Belum lagi tampilan film pembuka untuk kategori lomba yang menampilkan font warna emas. Menguatkan kesan mewah apa yang berusaha ditampilkan oleh panitia,  di graha Sawunggaling jalan Jimerto 25-27 kemarin Sabtu (19/10/2019).

Selain KIM Award sendiri, ada tiga kategori lomba yang dikompetisikan. Pertama lomba blog, lomba video-blog serta iklan layanan masyarakat. Ajang KIM Award adalah even dua tahunan, menakar kualitas KIM kelurahan dalam mendiseminasikan informasi ke masyarakat.  Pada even KIM Award 2019, Diskominfo dan warga KIM Surabaya mendapatkan fakta siapakah pegiat "terbaik" di kota Surabaya saat ini. Para juara KIM Award 2019 tidak diragukan lagi, mereka sudah banyak "berbuat" di kelurahannya masing-masing. KIM Mesem selaku Jawara adalah yang terbaik di Lomba  Cerdik Cermat Komunikatif (LCCK) 2019 tingkat Propinsi Jawa Timur. Sementara sang runner up, KIM Mojo adalah jawara even yang sama dua tahun lalu (2017). Dan juara ketiganya adalah KIM GATmedia, yang merupakan turunan dari KIM Swaraguna (kala itu masih era-nya KIM Kecamatan). KIM Swaraguna adalah juara LCCK tingkat kota Surabaya pada tahun 2013.

Sementara untuk lomba blog, juara pertama dan kedua masih "sedarah". Yanuar Yudha (KIM Manunggal Media, kelurahan Rungkut Menanggal) maupun Rizki Rahmadianti (KIM Swaraguna, Kecamatan Gunung Anyar) adalah dua orang bloger terbaik KIM kota Surabaya saat ini. Mereka berasal dari kecamatan dan kelurahan yang sama. Inisiator dan punggawa utama dari fanpage FB Kabar Surabaya yang masih eksis. Keduanya juga alumni pegiat KIM Nusantara yang pernah sama-sama belajar tentang Jurnalis Warga ke Malaysia. Yudha alumni 2014, Rizki tiga tahun kemudian ke Malaysia pada tahun 2017. Nah untuk juara ketiga pada lomba blog kali ini terjadi kejutan. Nama Tri Eko Sulistiowati blogger dari KIM Bahari Sukolilo Baru harus merelakan posisinya direngkuh oleh pendatang baru Suwardi dari KIM Pelangi kelurahan Krembangan Selatan.

Dua kategori lomba lainnya video blog dan iklan layanan masyarakat, masih menjadi "bagi-bagi dominasi" antara KIM Mesem dan KIM Mojo. Untung saja ada dua pendatang baru, KIM kelurahan Nyamplungan dan KIM Karung Media dari kelurahan Kali Rungkut. Dua nama terakhir sedikit menghibur banyak pegiat KIM yang hadir pada gelaran cantik KIM Award 2019 oleh Diskominfo kota Surabaya.  Tak ayal suitan atau celotehan itu lagi yang juara, apa tidak ada lainnya menjadi sesuatu yang harusnya tak muncul manakala pemerataan kualitas, serta keikutsertaan peserta berimbang. Selaku pegiat lama Kelompok Informasi Masyarakat kota Surabaya, saya pernah beberapa kali menyampaikan sudah sangat  mendesak aksi Dinas Kominfo Surabaya ditunggu. Kegiatan  rutin untuk turun langsung  ke kelurahan-kelurahan di berbagai pelosok kota. Termasuk dua atau tiga kali lebih sering turun ke wilayah Surabaya Barat dibandingkan tempat lain. Sebab meskipun daerahnya potensial dengan adanya komplek pemukiman mewah  Citraland, aset seperti Gelora Bung Tomo, TPA Benowo dan PLTS dari sampah warga kota. Kualitas serta peran serta warga Surabaya  barat dalam mensukseskan lomba KIM tahun ini masih minim.

Menurut pengamatan kami, dari semua lomba hanya kompetisi Blog yang mendapatkan banyak peserta. Alasannya gampang ditebak, menulis sebagai sebuah lomba menjadi  hal paling mudah dibandingkan dengan membuat vlog ataupun iklan layanan masyarakat. Langkah pendataan detail potensi wilayah dan kelengkapan media sosial pegiat KIM selaku garda depan pelaku diseminasi informasi, harus dilakukan oleh Dinas. Mau atau tidak pegiat dituntut untuk menguasai ilmu jurnalistik tingkat dasar (5W1H). Agar  kualitas antar pegiat KIM berimbang, harus ditetapkan klaster yang jelas antara pegiat yang sudah mumpuni dengan  para pendatang baru.  Ada lomba untuk pemula, kelas menengah dan utama. Dominasi Mesem dan Mojo, jadi pelajaran penting bahwa pemerataan kualitas pegiat KIM kota Surabaya masih jauh dari ideal. Semoga kebiasaan baik dari Diskominfo, untuk terus mengapresiasi kegiatan warga yang terlibat dalam KIM. Bisa mendorong peran serta aktif dari pegiat KIM meminimalisir berita HOAKS. Membantu diseminasi informasi pembangunan dan layanan publik yang maksimal, untuk pembangunan Surabaya yang lebih baik. (cBon)






Komentar

Posting Komentar