AKU DI PERSIMPANGAN SURABAYA-KU


Penyadartahuan bahaya kanker kepada masyarakat oleh Anna Maharani Direktur Museum.
Karajuku - Sejak berita Covid-19 merebak, dan karantina warga di Wuhan jadi trending topik, saya sering was-was. Namanya mirip band legendaris asal kota buaya di tahun 90-an, Dewa 19. Namun efek Corona Virus Disease 19, tidak se-empuk dan se-merdu lagu-lagu hits Ari Lasso dkk. Kemunculan mahluk Tuhan berukuran nano ini, membuat penduduk dunia tersentak kaget. Sirine meraung-meraung dari arah utara, membuat revo tua yang saya tumpangi harus lebih menepi. Sang ambulan mengambil hampir separuh lebih ruas jalan di depan saya. Tiba-tiba rem revo terinjak reflek, karena saya kaget. Namun belum sampai sekaget warga dunia dengan sebaran virus Corona yang munculnya tiba-tiba. Setelah ambulan melewati kami didekat gereja Kristen Abdi Trinitas, saya melanjutkan perjalanan yang tersisa beberapa meter lagi.

Tepat di depan bangunan kuno bernomor 16 saya masuk dan memarkir motor revo saya. Berjalan melewati pintu kaca, setelahnya saya berdir tepat berada di depan tetenger. Orang Indonesia mengatakan penanda. Ada tulisan jelas Museum Kanker Indonesia, serta Yayasan Kanker Wisnuwardhana dibawahnya. Kalau persil 16 terdiri dari beberapa ruang-ruang kecil. Di persil 18 yang baru saja saya masuki, memiliki beberapa ruang cukup lega. Museum Kanker Indonesia berdiri sejak tahun 2013. Beralamat di jalan Kayoon 16-18 Surabaya. Masuk wilayah kelurahan Embong Kaliasin kecamatan Genteng. Merupakan museum kanker satu-satunya di Indonesia, bahkan di dunia. MKI-YKW menjadi sebuah usaha edukasi masyarakat oleh Yayasan Kanker Wisnuwardhana. Yayasan ini berdiri sejak tahun 1969. Bangunan Belanda, berdiri di areal seluas 1300 meter persegi. Luas bangunannya 669 meter persegi.

Bulan-bulan Maret dan April, adalah masa sibuk kantor pajak. Wajib pajak pribadi maupun institusi/ kantor sedang bersiap melaporkan pemasukan dan potongan pajaknya. Beberapa waktu lalu, ada dua petugas dari Dispenda datang. Yang didepan adalah seorang wanita putih langsing, kawannya seorang pria paruh baya. Mereka berkantor di jalan Jimerto  no 10 Surabaya. Si wanita mengingatkan tentang tunggakan PBB setahun lalu atas nama Yayasan Kanker Wisnuwardhana yang belum terselesaikan. Dengan total tagihan PBB tahun 2019 sebesar 16.389.087 rupiah. Karena sampai masuk tahun berikutnya (2020) belum dibayarkan oleh wajib pajak. Maka ada konsekuensi yang mengikuti, yaitu denda sebesar 2.294.472. Sebelum dua petugas tadi pulang. Pengurus Yayasan diingatkan untuk melunasi PBB, dengan beberapa cara. Termasuk diijinkan untuk membayar  dengan datang langsung ke kantor Dipenda kota Surabaya, sisi Utara Balai kota Surabaya.

Nama saya Boni, biasa dipanggil cak Boni. Saya adalah seorang pekerja sosial masyarakat (PSM) kota Surabaya. Sisi kerelawanan saya yang membuat saya terpanggil untuk menjadi pengelola Museum Kanker Indonesia di Surabaya. Yayasan Kanker Wisnuwardhana adalah institusi swasta. Saat memasuki tahun 2019, usaha produktif Yayasan sedang surut. Sehingga membuat penyelesaian kewajiban YKW selaku wajib pajak belum bisa terpenuhi. Selaku PSM saya paham akan besarnya operasional  sosial Pemkot. Biaya permakanan gratis, beasiswa sekolah dan BPJS PBI Masyarakat Berpenghasilan Rendah yang ber-KTP Surabaya. Semua bersumber dari Pajak, termasuk PBB banyak bangunan di Surabaya. Sebuah dilema luar biasa bagiku, selaku pengelola Museum dan pegiat PSM sekaligus. Alhamdulillah Allah Yang Maha Kaya, mengetahui kondisi pelik ini. Di sela-sela usaha dan do'a saya, terjawab dengan datangnya seorang donatur budiman.  Solusi di persimpangan jalan pun terpenuhi dengan baik. Alhamdulillah, terima kasih Tuhan yang telah menjawab do'a ku dengan indah. Kewajiban kami sebagai wajib pajak terselesaikan. Advokasi sosial-ku selaku PSM tetap berjalan. (Cak Boni Surabaya)

Komentar