Secercah harapan dari Zona Hitam

Melahirkan platform DoLen Surabaya. Belanja kebutuhan sehari-hari via online selama PSBB. (DoLen Surabaya doc)
KIM Karajuku - beberapa jam yang lalu, diumumkan secara luas kepada publik bahwa kota Surabaya di Jawa Timur sudah mulai masuk Zona Hitam. Apa maknanya? Kami sendiri kurang jelas. Namun secara faktual data itu menunjukkan jumlah warga kota Surabaya yang terpapar COVID-19 termasuk yang OTG/ODP/PDP, sudah jauh melesat meninggalkan kota/kabupaten lain di negara kita. Sejak rilis awal oleh pihak berwenang tentang pasien pertama yang terpapar Covid-19 (16/4) terbit.  Dijelaskan bahwa pasien perdana ini berasal dari kawasan Surabaya Utara. Dalam waktu yang tak terlalu lama, tiba-tiba jumlah pasien positif sudah menembus angka 244 jiwa.

Surabaya adalah salah satu jantung-nya NKRI. Meski selalu dinomorduakan setelah Jakarta. Namun dengan luas daerah mencapai 326,81 km2 serta lebih dari 4 juta jiwa populasi. Kota buaya memliki kondisi pemukiman yang sangat padat. Ini menjadi salah satu pemicu maraknya sebaran covid-19 di kota yang pada 31 Mei 2020 kemarin, genap berusia 727 tahun. Data yang kami sadur dari Kementerian Kesehatan RI (Senin, 2/6/2020) pasien positif di Surabaya mencapai 2748, PDP 3083 & ODP 3771. Karena Jumlah warga terapapar sdh melebihi angka 1025 jiwa, maka kategori Surabaya yang awalnya RedZone berubah menjadi BlackZone.

Diantara carut-marutnya kondisi warga akibat pandemic covid-19 di Surabaya. Gerakan gotong-royong dan solidaritas anak turun Sawunggaling ini, masih terjaga dengan baik. Dari jumlah 154 kelurahan dan 31 kecamatan di Ibukota Propinsi Jawa Timur, dengan potensi jumlah relawan sosial yang tersedia. Langkah pemkot Surabaya yang dipimpin langsung Tri Risma Harini, tidak akan melaju sendirian. Ada banyak dukungan relawan yang terlibat untuk bersama-sama melakukan perlawanan terhadap invasi virus corona. Hal ini menjadi kekuatan serta potensi lokal yang tak terbantahkan & luarbiasa.

Ada pengurus LPMK ‘Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan’, dimana di banyak kelurahan (di Surabaya bukan Desa namun Kelurahan) para Ketua-nya juga otomatis menjadi Kasatgas mendampingi Lurah dan aparatnya. Dijajaran bawah Satgas Covid-19 Kelurahan, dilibatkan pula Tim Penggerak PKK, Pekerja Sosial Masyarakat (PSM), Karang Taruna, Ketua RT (Rukun Tetangga), RW (Rukun Warga), Dasa Wisma (pengurus satuan rumah tangga dibawah RT, biasa menjadi kumpulan per-20 rumah). Mereka bersatu padu menjadi garda depan gerakan lawan covid-19 di Zona Hitam Surabaya.

Diantara banyaknya relawan yang melakukan tugasnya di lapangan, menjadi kepanjangan tangan Pemerintah Kota Surabaya. Ada satu kelompok selain yang kami sebutkan diatas. Dimana gerakanya dilakukan dengan diam-diam namun berfungsi tak kalah strategis dibandingkan aksi satgas yang sudah ada.  Komunitas ini bernama Kelompok Informasi Masyarakat. Saat Pembatasan Sosial Berskala Besar dijalankan di wilayah Surabaya. Anggota masyarakat yang sempat terkenal dengan istilah Bonek (bondho nekat, modal tekat/bahasa Jawa-nya), lebih banyak mengakses informasi lewat media sosial/media massa.

Dari berbagai info yang beredar di Instagram, Twitter, Facebook, Blog/Website, Youtube tidak semua beritanya terpercaya. Tidak sedikit berita yang beredar, berisi potongan-potongan dari berbagai kejadian di masa lampau yang dibuat pemilik konten untuk propaganda dan kampanye. Kalau kontennya bagus dan benar tidak masalah. Celakanya lebih banyak konten menyesatkan, berisi kebohongan maupun berita yang kurang lengkap sehingga menimbulkan kebingungan publik. Misal ada berita COVID-19 bukan penyakit mematikan, jadi kita abaikan saja. Atau ada info bawang saja cukup jadi obat mujarab Covid-19.

Fungsi pegiat KIM kota Surabaya meminimalisir berita hoaks dan kampanye digital tidak bertanggungjawab. Fungsinya vital dalam rangka memutuskan rantai konten-konten negatif yang menimbulkan kekacauan di masyarakat. Contohnya kisah korban ‘bullying’ hanya karena didakwa ODP/PDP/pasien positif , dengan stigma negatif tiba-tiba kehidupan sehari-harinya berubah drastis. Yang tadinya suasana tinggalnya nyaman dengan tepo seliro (tenggang rasa). Lalu tercipta  rasa saling curiga antar warga. Penyebabnya adalah isu menyesatkan & info hoaks. Parahnya efek berita bohong, juga berimbas pada perekenomian warga khususnya para pedagang.

Komunikasi intens dari 154 Pengurus KIM kelurahan, 31 Forum KIM kecamatan dan Forum KIM kota Surabaya sudah lama tercipta. Melalui jaringan komunikasi via WAG KIM, media sosial KIM, pertemuan tatap muka dengan standar protokol medis kepada warga secara luas. Dikuatkan dengan penggunaan radio komunitas antar warga, sangat membantu advokasi sosial, komunikasi efektif, info kesehatan dan perekonomian tingkat dasar (akar rumput). Dari banyaknya aktivitas KIM di zona hitam. Kami mengambil contoh aktivitas akar rumput di Kecamatan sisi selatan kota Surabaya,  yang bernama Jambangan.

Jauh sebelum dibentuk Seribu Kampung Tangguh hasil inisiasi pihak Pemerintah Propinsi dan Jajaran TNI – Polri, (16/5)  atau yang terbaru Kampung Wani Covid-19 (Produk Pemkot Surabaya per-akhir Mei’20). Pasca ditemukan fakta bahwa salah satu warga kelurahan Kebonsari meninggal dunia karena Covid-19 (7/4). Mendorong tiga elemen di wilayah kecamatan Jambangan membentuk Satgas kecamatan. 

Rapat Pembentukan Relawan Covid19 kecamatan Jambangan (16/4/20) (Ist)
Yang tergabung didalamnya adalah Ikatan Pekerja Sosial Masyarakat, Forum Kelompok Informasi Masyarakat dan Mitra Jambangan Communication. Dua organisasi di awal adalah binaan Pemerintah kota Surabaya dengan SK Camat, nama terakhir adalah NGO.

Ada beberapa diferensiasi yang dilakukan oleh Satgas Covid-19 kecamatan Jambangan : 
Inovasi alat semprot disenfektan karya Karang Taruna Bung Tomo Karah - Surabaya. (C.Nun)









1. Mendorong dan mendukung kegiatan penyemprotan desinfektan di tempat publik, hasil swadaya masyarakat. Termasuk balai RT/RW, gardu jaga, taman dan pasar.  Penampilan alat semprot unik massal (terlampir berupa foto dokumentasi), yang merupakan hasil inovasi Karang Taruna Karah “Bung Tomo”.

2. Pengantaran ODP/PDP ke RSUD rujukan dengan kendaraan operasional kecamatan. Apabila ambulan puskesmas sedang sibuk dan terpakai.

3. Membantu pengadaan permakanan warga yang di karantina oleh pemerintah (baik dengan dana APBD kota/14 hari, maupun dana swadaya).

4. Menjadi narahubung warga terdampak untuk mengakses Command Center Kota Surabaya (112), yang tidak mudah diakses sembarang nomor. Beberapa adalah kasus meninggalnya warga penumpang (tinggal dikawasan kecamatan Jambangan ber-KTP non-Surabaya). Kondisi ini jarang ter-intervensi Pemerintah kota Surabaya.

5. Disamping membantu pengawasan dan penyaluran dana Bantuan Sosial dari Kementerian Sosial RI/Pemerintah Propinsi Jawa Timur maupun dana APBD kota Surabaya. Kami juga mencari donasi dari pihak ketiga, sehingga warga yang belum terkover bantuan sama sekali. Tetap bisa menerima bantuan sosial. 

6. Menciptakan platform pemenuhan kebutuhan sehari-hari warga Surabaya (perluasan juga pada warga Kebupaten Gresik dan Sidoarjo) yang melakukan PSBB (dengan fasilitan belanja online). Dengan platform digital bernama DOLEN SURABAYA. Melalui website www.dolen.co.id

7. Tujuan akhir aktivitas Satgas Covid-19 kecamatan adalah membantu kinerja Pemerintah Kota Surabaya beserta jajarannya dalam melawan sebaran Covid-19, agar dapat meminimalisir jumlah warga terdampak.

8. Dengan kebijakan Pemkot Surabaya memperbanyak jumlah warga yang di tes SWAP/Rapid. Terlaporkan lebih dari 21.203 jiwa (25/5) sudah melakukan tes cepat Covid-19. Ini mewakili 5% total jumlah penghuni kota Pahlawan. 

Makin banyak warga Surabaya yang terdeteksi dengan mudah serta lebih cepat (catatan kami pada hari ini, 3/6/2020 sudah lebih dari 22K yang telah melakukan tes). 

Dengan kebijakan  terbaru Pemkot Surabaya, data-data warga terkait pandemic Covid-19 tadi, segera terpublikasi sampai ke level RW di 154 kelurahan dalam wilayah kota Surabaya. 

Sehingga aksi meminimalisir sebaran covid-19 menjadi tanggungjawab bersama antara pemerintah dan masyarakat Surabaya.

9. Output langsungnya jumlah warga terdampak di Surabaya, yang terpublikasi luas, jauh melebihi wilayah manapun di Indonesia. Konsekuensi lain dari kebijakan ini adalah terjadinya pemerataan sebaran warga kota yang sudah melakukan pemeriksaan Covid-19. 

Diluar penjelasan kami diatas, komitmen membantu pemerintah tetap menjadi niat awal kami. Dan bentuk koreksi dari kami merupakan bukti sayang kami kepada negeri ini. Dengan tujuan akhir untuk pembangunan masyarakat Surabaya khususnya dan Indonesia pada umumnya. Yang akan menjadi menjadi lebih baik lagi. Aamiin

#dari Surabaya untuk Indonesia, dengan cinta.

(Boni Surabaya)

 



Komentar